Ada yang berbeda dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2017. Tak hanya menampilkan berbagai produk dari pengusaha besar dan kecil, pameran ini juga menampilkan karya dari narapidana di Indonesia.
Ketua Yayasan Jeera Indonesia Gusti Arief mengatakan motivasi awal pembentukan kelompok usaha kreatif warga lapas ini semata keyakinan bahwa setiap orang punya potensi yang dapat digali dan dikembangkan. Tak peduli apa pun statusnya.
"Kita dapat info mereka punya potensi yang dapat dikembangkan tapi untuk akses dunia luarnya agak sulit dari situ kita izin sama pihak Rutan sama Dirjen PAS bahwa kita mau masuk," ungkapnya kepada merdeka.com di ICE, BSD City, Rabu (11/10).
Berbekal izin dari Dirjen Pemasyarakatan dan pihak Rutan, Gusti dan teman-teman mulai melakukan pelatihan usaha kreatif untuk warga binaan di Lapas dan Rutan. Terhitung satu tahun sudah kegiatan pelatihan berjalan.
"Untuk satu tahun ini kita sudah masuk ke rutan Cipinang, Lapas Tanjung Gusta Medan, dan Lapas Pemuda I Tanggerang," katanya.
Berbagai pelatihan dilakukan, kebanyakan pelatihan untuk membuat barang kerajinan tangan seperti tas, tempat tisu, dan sepatu. Juga aneka furniture seperti meja dan kursi.
"Kita juga adakan pelatihan untuk kopi, tak hanya jadi barista tapi juga sisi manajemen, komunikasi dengan pelanggan kita latih semua. Sudah punya satu kedai yang isinya eks warga binaan. Alhamdulillah setelah keluar mereka bisa bekerja dengan baik lah," jelas dia.
Upaya pengembangan industri kreatif untuk warga binaan berkembang dan mulai mendunia. Bahkan dalam waktu dekat pihaknya akan bekerja sama dengan Parsons School of Design, Amerika Serikat sehingga, hasil desain dari murid sekolah desain tersebut akan dikerjakan oleh warga binaan Yayasan Jeera.
"Nanti hasil design anak-anak Parsons, dikerjakan oleh teman-teman di lapas," ujar Gusti.
Hasil karya anak Lapas sudah ada yang dipasarkan hingga ke luar negeri meskipun belum dalam jumlah yang besar. "Tas kulit, sudah ada juga diekspor ke Dubai. Volumenya belum banyak. Kita kan masih kecil ya. Insya Allah dengan kerja sama dengan banyak pihak akan semakin maju," kata dia.
Pantauan merdeka.com harga hasil kreasi yang ditawarkan cukup terjangkau. Untuk tas dengan bahan dasar kain batik dibanderol dengan harga Rp 75.000. Sedangkan untuk meja dari bahan rotan bisa mencapai harga Rp 4,5 juta.
Ada pun menurut Gusti hasil kerajinan tangan warga lapas ini dipasarkan secara online. Promosi pun dilakukan secara online melalui website www.mauberubah.com. Namun, tetap ada galeri untuk memajang dan memamerkan hasil karya.
"Dalam bisnis saat ini, konsep online dan konvensional harus diperhatikan. Kita perlu store untuk lebih komukasi intens ya dengan pelanggan. Kita juga tidak boleh terlalu terbelakang kita punya juga konsumen millenial kan. Juga untuk menjangkau orang yang tidak kita kenal, dengan itu kita bisa promosikan lebih luas," pungkas Gusti.
Sumber : www.merdeka.com