http://ift.tt/20kt43r - Berita Terkini Terbaru Hari Ini - Saban tahun diketahui air di Danau Toba telah dicemari lintah dan kutu yang bersarang di bebatuan dan air.
Kondisi seperti ini dikhawatirkan membuat wisatawan menjadi takut menikmati Danau Toba yang saat ini merupakan satu dari 10 Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ada di Indonesia.
Hal ini juga dibenarkan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Simalungun, Resman Saragih. Saban tahun dirinya sudah tahu adanya hama lintah dan kutu di Danau Toba. Namun dirinya meminta agar pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang seharusnya lebih layak menjelaskan.
"Iya benar itu soal lintah dan kutu di air Danau Toba. Tapi kurang tahu saya bagaimana itu penanganannya. Lebih tepatnya tanya saja ke BLH. Mereka lah yang lebih tahu itu gimana penjelasannya dan sumbernya dari mana kok bisa ada," kata Resman Saragih lewat sambungan telepon seluler, Jumat (17/2/2017).
Baca: Ya Ampun, 125 Anggota TNI Menunggu Giliran Dipecat dengan Kasus Ini
Sebelumnya, hama hewan air sejenis lintah dan kutu ini diketahui setelah beberapa aktivis Pejuang Danau Toba melakukan penyelaman di dalam air dan menemukan sumber populasi binatang berbahaya itu dari limbah industri perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) milik perusahaan raksasa PT Aquafarm Nusantara (AFN).
Aktivis Danau Toba, Holmes Hutapea mengungkapkan, hewan spesies lintah dan kutu dipicu dari polusi limbah industri perikanan seperti makanan dan kotoran ikan.
Kemudian berproses sehingga muncul binatang sejenis lintah dan kutu yang kerap ditemukan di tubuh ikan dan bebatuan dalam air.
Perubahan ekosistem danau tersebut berlangsung selama berdirinya perusahaan PT Aquafarm yang diduga mengeksploitasi keutuhan sumber daya Danau Toba selama 18 tahun.
Disebut juga, Kelompok Pejuang Danau Toba ini sudah membawa sampel ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Simalungun yang bertempat di Kelurahan Parapat, dengan mengumpulkan lintah dan kutu yang dimasukkan ke dalam botol.
"Kita sudah berikan sampel ke BLH Simalungun. Tapi sampai sekarang tidak ada ditanggapi. Mereka terkesan menutup diri. Karena kita tahu, dari tingkat provinsi dan kabupaten sampai yang terendah sudah dapat saweran" tukas Holmes, mantan personil penyelam PT Aquafarm.
Limbah industri perikanan milik perusahaan PT Aquafarm yang mengendap di air Danau Toba dan sikap BLH yang terkesan tidak peduli mengakibatkan persoalan pencemaran lingkungan ini terabaikan.
Populasi lintah dan kutu pun semakin bertambah serta berkembangbiak di perairan Danau Toba.
"Lintah dan kutu ini bukan berada di 1 tempat saja, tapi di seluruh isi danau. Kalau dibiarkan populasi lintah dan kutu semakin bertambah," ucap Sahat Priyono Tambunan Aktivis Pejuang Danau Toba.
Informasi dari data Pejuang Danau Toba, dampak yang serius pernah terjadi akibat pencemaran air danau oleh lintah dan kutu.
Pasalnya pernah seorang pengunjung yang berwisata, berenang di bibir Pantai Danau Toba terserang lintah yang menempel di sekujur tubuhnya.
Akhirnya korban mengalami syok dan dilarikan ke Klinik Unit Gawat Darurat Parapat.
"Kejadiannya tahun 2015. Pengunjung mandi mandi pantai hampir seluruh badannya menempel ratusan lintah," cerita Holmes Hutapea diamini Sahat Priyono Tambunan.