Tradisi Tahunan Pirukun " Purwa Ayu Mardi Utama "

Penulis : Dimaz Akbar



//




Probolinggo,KraksaanOnline.comWarga pirukunan "Purwa Ayu Mardi Utama" (PAMU) dari Kabupaten Probolinggo, Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, Lumajang dan Jember merayakan Tahun Baru Jawa/Saka dan Selamatan Tapel Adam di kediaman Ustadz Sholehuddin di Desa Wonorejo Kecamatan Maron, Minggu (24/9/2017) malam.

Malam itu ratusan warga Pirukunan PAMU dengan berpakaian khas Jawa berkumpul melaksanakan seremoni adat yang sudah menjadi tradisi tiap tahun. Mereka duduk mengelilingi satu gunungan berukuran besar berisi berbagai macam hasil bumi yang diletakkan di tengah panggung beserta puluhan tumpeng di sekitarnya.


//
Acara yang sudah menjadi tradisi rutin tiap tahun baru Jawa ini juga merupakan ajang silaturahmi para sesepuh dan warga Pirukunan PAMU dari berbagai daerah di Jawa Timur. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo didampingi Camat Maron Ramiadi dan Ketua PGRI Kabupaten Probolinggo Purnomo.
Ada yang cukup menarik pada pembukaan acara yang sangat kental nuansa tradisional tersebut. Pada seremonial acara pembukaan dibacakan teks Pancasila oleh perwakilan warga Pirukunan PAMU dari Mojokerto, dianjutkan pembacaan Panca Budi Brata oleh Joyo Supeno.
Ketua panitia Syamsul Arifin menegaskan bahawa ini bukanlah kegiatan agama, bukan partai politik atau organisasi manapun, bukan ilmu kesaktian dan pesugihan tapi hanya ajaran kerukunan yang diberi nama Purwa Ayu Mardi Utama.
"Purwa itu artinya mengawali, Ayu adalah selamat, Mardi artinya kelakuan dan utama adalah tanpa cacat. Kegiatannya dititikkan pada ikhlasnya niat, lurusnya perkataan dan bagusnya tingkah laku. Kami belajar untuk berbuat hal-hal terbaik yang bisa bermanfaat bagi orang banyak," terangnya.
Syamsul Arifin menambahkan, kegiatan yang dilaksanakan oleh warga Pirukunan PAMU tidak boleh bertentangn dengan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Pancasila dan adat yang ada di wilayah. Sehubungan dengan bertepatan 1 Suro 1951, maka diberi nama Tapel Adam. "Apa yang dilakukan oleh warga PAMU sama sekali tidak bertentangan dengan agama apapun. Justru dengan pengertian ini sebagai pendukung ajaran agama," tegasnya.
Terkait dengan adanya tumpengan dan hasil bumi, Syamsul Arifin menyampaikan bahwa hal ini untuk mengingatkan ketika Allah SWT menurunkan Nabi Adam ke muka bumi. "Inilah tradisi yang sama sekali tidak bertentangan dengan agama," pungkasnya.
Sementara Kepala Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo mengungkapkan bahwa Pemerintah Daerah memberikan apresiasi atas serangkaian acara yang dilaksanakan oleh Warga Pirukunan PAMU di Desa Wonorejo Kecamatan Maron ini.
"Selamat beraktivitas dan berhias sekaligus selamat memperingati Tahun Baru Jawa atau Saka. Semua ini harus kita ramaikan dengan serangkaian kegiatan agar dengan tahun baru ini kita bersama-sama menjadi bagian dari muhasabah dan introspeksi diri apa saja yang sudah dilakukan tahun kemarin dan diniati dengan sempurna untuk memasuki tahun baru Jawa," katanya.
Tutug menambahkan bahwa ada dua hal yang dapat diambil hikmah dari kegiatan tersebut. Pertama, silaturrahim yang menggambarkan bahwa sebenarnya kita bersaudara meskipun berasal dari daerah yang berbeda. Harapannya tali silaturahim ini bisa terus terjalin bahwa itulah perintah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Kedua, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk syukur kita karena rizki yang diberikan kepada seluruh keluarga. Mudah-mudahan rasa syukur ini dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah. Selamat, semoga dengan pertemuan kita semua bisa tersenyum bahagia." harapanya.
Dalam kesempatan tersebut Tutug menjelaskan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang diuji oleh berbagai godaan dan ujian. Salah satunya narkoba dan pil PCC. Intinya ada ujian untuk rasa kebangsaan yang sedang dilumpuhkan dengan berbagai hal yang tidak kasat mata.
"Mari bersatu padu menjaga keluarga kita dan bersama-sama melawan setiap ujian dan godaan. Ditempat kita hidup bermasyarakat, ada ujian dan cobaan mari saling membantu sehingga saudara kita terbantu dalam memberantas kemiskinan," pungkasnya.
Usai seremonial pembukaan, rangkaian kegiatan malam itu dilanjutkan dengan pembacaan sejarah Tahun Baru Jawa/Saka oleh salah seorang sesepuh Pirukunan PAMU. Suasana menjadi hening sejenak ketika mereka mengheningkan cipta bersama. Sesaat kemudian dilanjutkan dengan dan pujian khas warga PAMU. Acara malam itu diakhiri dengan pagelaran pagelaran wayang kulit dengan lakon Semar Mbangun Kahyangan oleh dalang Ki Rahmat dari Mojokerto.(Maz)

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :