Kecanduan teknologi manusia jadi asing melihat buku

Penulis : Mohammad Arifin
Selasa 06 Juni 2017

Foto; Ilustrasi 


Life Style, Di tengah perasaan bahagia (euphoria) kita dalam menggunakan perangkat berteknologi tinggi dan konon katanya pintar, muncullah wacana tentang kecanduan teknologi. Kecanduan teknologi ialah suatu kondisi ketika seseorang sudah tidak bisa lagi beraktivitas tanpa disertai teknologi. Beberapa orang menilai, kecanduan teknologi adalah dampak buruk yang bisa mengurangi nilai kemanusiaan kita. Pada awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia dalam menjalankan segala aktivitasnya, itulah peran utamanya. Sejak ditemukannya mesin uap dan dimulainya revolusi industri di inggris, manusia mulai berlomba lomba menciptakan produk inovasi baru tentang buku digital. Tidak hanya kecanduan teknologi, terkadang kita pun menjadi budak teknologi, segala keputusan dan perilaku kita diarahkan oleh teknologi, kita ambil contoh perkembangan buku di masa depan.

Buku sudah terbukti memberikan informasi yang akurat, namun perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa buku-buku tersebut dalam bentuk digital dan masuk ke dunia maya. Banyak pihak yang mengatakan, bahwa seiring perkembangan zaman buku digital akan menyingkirkan buku konvensional (buku cetak), mengapa demikian? Hal ini dikarenakan gerakan ramah lingkungan, pesatnya perkembangan dan meningkatnya pengguna internet, serta maraknya penggunaan gadget dan kebutuhan toko buku untuk memasuki pasar on-line, karena fungsi buku digital itu sangat jelas dan menguntungkan yaitu sebagai salah satu alternatif media belajar. Berbeda dengan buku konvensional, buku digital dapat memuat konten multimedia di dalammnya sehingga dapat menyajikan bahan ajar yang lebih menarik dan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, kemudian juga sebagai media berbagi informasi. Dibandingkan dengan buku konvensional, buku digital dapat disebarluaskan secara lebih mudah, baik melalui media seperti website, email, dan media digital yang lain. Buku digital ini dapat melindungi informasi yang disampaikan, berbeda dengan buku fisik yang dapat rusak, basah, ataupun hilang, buku digital ini berupa data di komputer dan terlindungi dari masalah-masalah tersebut. Andaikan data tersebut hilang, pengguna dapat dengan mudah mencari penggantinya baik dari internet maupun meminta kembali pada pembuat buku. Di sisi lain, banyak orang berpendapat apapun yang terjadi buku konvensional tidak mungkin disingkirkan. Dikarenakan adanya faktor kenyamanan dan kemudahan yang digunakan oleh berbagai kalangan serta banyaknya nilai sejarah yang dikandungnya.

Perkembangan teknologi telah memaksa Borders Group (retailer buku) untuk menutup 400 toko bukunya di seluruh dunia. Internet telah membunuh Borders. Berdasarkan data Asosiasi Penerbit Amerika Serikat, tahun 2006, penjualan e-book melalui Internet terus meningkat. Total penjualan buku digital di amerika telah menembus US$ 90,3 juta. Ini adalah pertama kalinya buku digital di internet melampaui penjualan buku kertas. Jika hal ini terus berlangsung, maka industri perbukuan akan mengalami perubahan. Perubahan ini dimulai dari penulis, penerbit, percetakan, distributor sampai toko buku. Buku konvensional tidak akan dilirik lagi oleh konsumen, karena mereka berpaling pada buku digital yang lebih murah dan mudah diperoleh. Namun tidak menutup kemungkinan, dalam waktu 30 sampai 40 tahun mendatang perkembangan buku digital akan meningkat drastis dan menggantikan buku konvensional.

Maraknya jenis buku yang beredar dapat dikatakan bergantung pada pilihan konsumen. Dalam dunia bisnis di mana ada permintaan pasti ada penawaran. Begitu pula dengan industri perbukuan, selama ada konsumen yang meminta maka jenis buku tersebut pasti akan tersedia.

Bio Penulis : 
mohamad arifin, alamat jl,lawu kelurahan kedondong, kecamatan bagor, Nganjuk, jawa timur, pendidikan terakhir mahasiswa UMM  angkatan 2015 semester 4 

Subscribe to receive free email updates: