Sejak Bapak Terkena Penyakit Stroke, Adik Ini Jualan Jangek seusai Pulang Sekolah, Smoga Laris Manis, AMIN..!

Sejak Bapak Terkena Penyakit Stroke, Adik Ini Jualan Jangek seusai Pulang Sekolah, Smoga Laris Manis, AMIN..! http://ift.tt/20kt43r - Berita Terkini Terbaru Hari Ini - MEDAN - "Kak, jangeknya kak? Pak, Bu jangeknya?," Begitu suara anak lelaki yang menawarkan dagangannya ke seluruh pengunjung di salah satu tempat makan di daerah Setiabudi Medan, Rabu (4/1/2017)

http://ift.tt/20kt43r - Berita Terkini Terbaru Hari Ini -  MEDAN - "Kak, jangeknya kak? Pak, Bu jangeknya?,"
Begitu suara anak lelaki yang menawarkan dagangannya ke seluruh pengunjung di salah satu tempat makan di daerah Setiabudi Medan, Rabu (4/1/2017)
Jangek merupakan kerupuk yang diolah secara tradisional dari kulit kerbau.
Rahmat Ramadhan, nama anak lelaki berusia 15 tahun yang merupakan penjual jangek (krupuk kulit).
Rahmat sudah mulai berjualan sejak pertengahan 2016 lalu hingga sekarang. Dirinya berjualan di sekitar Jalan Setiabudi Titi bobrok.
"Keliling nawari dari mie aceh (resto), ayam penyet, terus awak (saya) suka duduk di pempek (resto). Ada ibunya, baik. Jadi, habis nawari duduk situ," ujarnya saat bercerita kepada www.tribun-medan.com, Rabu (4/1/2017).
Ia pun menuturkan kesehariannya sebelum ia berangkat untuk berjualan.
"Pulang sekolah, makan, belajar, tidur. Sorenya awak (saya) siap-siap berangkat lalu pergi naik angkot," tuturnya.
Dalam sehari pendapatan Rahmat tak menentu. Itu pun belum terpotong bagi hasil dengan pemilik usaha jangek dan biaya ongkos pulang pergi dirinya.
"Enggak tentu, kadang Rp 50 ribu, Rp 60 ribu, Rp 100 ribu. Pernah juga cuma Rp 20 ribu pas sepi hujan. Angkot Rp 10 ribu pulang pergi," ungkapnya.
Di sela-sela obrolan, Rahmat menjelaskan alasannya mengapa berjualan sebagai penjual jangek.
"Kalau jualan ada uang, uangnya biar bisa sekolah, dan bisa bantu orangtua," jelasnya.
Meskipun, usianya 15 tahun, namun saat ini dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar, karena keterbatasan biaya yang mengharuskannya sempat berhenti bersekolah.
Kata Rahmat, dulu saat berhenti bersekolah, ia mengisi kesehariannya dengan menjaga kedai pupuk milik saudaranya.
Dirinya tak patah arang untuk berjuang melanjutkan pendidikannya. Ia pun kini melanjutkan sekolahnya di kelas lima sekolah dasar.
Jarang sekali anak-anak yang mau merelakan waktu bermainnya untuk bisa berjualan membantu orangtua.
Rahmat beralasan hal ini dikarenakan kedua orangtuanya yang tak bekerja.
Ayahnya dahulu sempat bekerja namun karena jatuh sakit menyebabkan tak dapat bekerja, ibunya seorang ibu rumah tangga
"Dulu ayah awak (saya)kerja jadi tukang bangunan. Tapi ayah kena stroke jadi ga bisa kerja. Awak lah yang harus kerja bantu ayah. Biar awak bisa sekolah dan makan," katanya.
Ditanya sampai kapan akan terus berjualan, dirinya menggelengkan kepala
"Enggak tau kak, awak pengen sekolah terus jadi awak harus terus jualan. Supaya udah besar jadi pedagang," ucapnya sembari tertawa.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :