Kapolri Adakan Jumpa Pers Didepan Kamar Jenazah Peringatan Keras Terhadap Narkoba

Jakarta, infobreakingnews - Pertama kalinya Kapolri melakukan jumpa pers didepan kamar jenazah atas penjahat narkoba, guna peringatan keras pemerintah terhadap kejahatan yang merusak otak generasi muda, sekaligus Kapolri Jenderal Tito Karnavian merilis kasus pengungkapan jaringan narkoba Nigeria-Tanzania-Malaysia-Indonesia. Meski barang buktinya kurang dari satu kilogram tapi Tito menganggap kasus ini penting.
"Dalam kasus ini ada dua yang ditindak tegas (ditembak mati) makanya ekspos di tempat ini, di depan kamar jenazah Rumah Sakit Polri, sekaligus kasih pesan pada pelaku narkotik saya minta stop melakukan merusak aksi generasi bangsa Indonesia," kata Tito di RS Polri Dr Soekanto, Jumat (6/1).
Seperti diberitakan Direktorat Narkoba Bareskrim Polri bersama tim Bea dan Cukai berhasil mengungkap sindikat peredaran narkotika.
Jaringan ini dikendalikan dari Malaysia via udara dengan cara menelan narkoba.
Awalnya, tersangka adalah wanita bernama Kessy Lilian Venace. Warga Tanzania ini menelan 66 kapsul shabu dan di celana dalamnya ada 20 kapsul shabu dan juga 4 gram ganja.
Polisi yang memergoki Kessy kemudian melakukan profiling dan surveillance pada jaringan pelaku hingga menemukan tersangka lain atas nama Chukwuebuka Cornelius Ifenanyi (27), warga Nigeria.
Tempat kejadian perkara (TKP) kedua di Griya Mulia Kemayoran. Pada saat akan melakukan pengembangan tersangka Cornelius mencoba melarikan diri dan terpaksa dilumpuhkan hingga meninggal.
"Jadi Kessy ini masuk ke Indonesia pakai Air Asia landing malam hari kemudian karena kecermatan petugas bea cukai maka berhasil menemukan 20 kapsul jenis sabu dalam celana dalam dan menelan 66 kapsul, total 610 gram," lanjut Tito.
Dari penangkapan ini dilakukan operasi bersama Polri dan Bea Cukai hingga menemukan Edward alias Bros, warga Nigeria, di Mangga Besar, Jakbar. Dia melawan kemudian diambil tindakan tegas oleh tim hingga kemudian mati.
"Lalu Kessy mengakui lagi ada yang ambil barang itu yaitu Cornelius yang berada di Kemayoran itu. Dia melakukan perlawanan dan dlakukan tindakan hingga meninggal. Jadi ada tiga orang dalam jaringan ini," tambahnya.
Jadi,"memang belum sampai 1 kg tapi ini saya kira langkah sangat bagus untuk ungkap kasus ini. Kasusnya dianggap penting karena saya sampaikan pada tim Polri agar jangan segan dan ragu melakukan SOP bila tersangka, terutama bandar termasuk jaringan narkotik internasional ngerusak bangsa, lakukan SOP."
Bahkan kalau membahayakan jangan segan untuk melalukan tindakan maksimal.
"Seluruh jajaran polisi narkotik di seluruh Indonesia dan Dir Narkoba jangan ragu dan segan memgambil tindakan sesuai SOP bila membahayakan petugas dan masyarakat karena ini bentuk menyelematkan generasi bangsa," tegas Tito.*** Budianto.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :