Menurut Analisa, Karena Ketua MUI Antek SBY, Wajar Kalau...

(Analisa) Karena Ketua MUI Antek SBY, Wajar Kalau…

Penulias : Alifurrahman

Belakangan banyak yang protes terkait tulisan saya tentang MUI. Padahal saya sangat membela MUI dan memohon agar rakyat menghentikan usulan pembubaran lembaga luar biasa tersebut. Hehe ada pula yang protes terkait artikel "MUI Dibayar berapa oleh Agus Yudhoyono?" Padahal MUI tinggal jawab saja dibayar berapa, atau kalau memang tidak dibayar juga tinggal bilang, gampang kan? Kecuali memang dibayar tapi tidak mau ngaku, sementara berbohong dalam Islam masuk bagian yang dilarang, dosa.


Pembaca atau fans fanatik seword.com boleh mencaci saya dengan sebutan liberal, kafir dan sebagainya, I dont care. Saya memilih memaklumi, karena mungkin hanya segitu kapasitas mereka. Andai mereka bisa membantah artikel saya, seharusnya ikut menulis di seword dan saya akan dengan senang hati membacanya. Tapi oke lah, ini satu hal. Di kesempatan kali ini saya ini lebih membongkar siapa sosok ketua MUI? Mari kita mulai.

Maruf Amin pada 2012 lalu menyatakan dukungannya kepada Foke. Alasannya karena pemimpin harus memberikan kemaslahatan (muslim), harus memiliki keunggulan (pendidikan Foke S3), dan telah berpengalaman (pernah memimpin Jakarta).

"Lagi pula Jakarta bukan Solo. Jakarta memiliki permasalahan yang jauh lebih banyak, dan hanya yang berpengalaman yang mampu mengatasinya," kata Maruf Amin.

Padahal saat itu Jokowi juga beragama Islam, muslim taat. Keunggulannya berhasil menang 91 persen di Pilkada Solo, sangat dipercayai warga dan terasa perubahannya. Pengalamannya mengelola kota jauh lebih berhasil dibanding Foke di Jakarta yang acak-acakan, semraut.

Lalu kenapa Maruf Amin mendukung Foke? Sebab beliau adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (SBY) bidang Hubungan Antar-agama. Sementara Foke diusung oleh partai pemenang pemilu, Demokrat. Mustahil rasanya kalau Maruf Amin mau mendukung Jokowi Ahok yang diusung oleh partai oposisi PDIP.

Kemudian menjelang Pilgub DKI 2017 nanti Maruf Amin mendukung Agus Sylviana. Lagi-lagi karena keduanya diusung oleh partai Demokrat. Sebab logikanya begini, jika Maruf Amin konsisten dengan kriteria pemimpin menurut prinsipnya, seharusnya Maruf Amin mendukung Ahok Djarot.

Sebab jelas Ahok Djarot memiliki program yang bagus demi kemaslahatan ummat. Marbot masjid diberangkatkan haji dan diberi gaji tambahan. Kebersihan diperhatikan secara serius. Unggul di bidang pelayanan KJP dan KJS. Dan terakhir jelas berpengalaman karena sudah teruji memimpin kota.

Sementara Agus apa? Pengalaman nol. Ditanya visi misi pun tidak bisa menjawab. Bahkan sebenarnya dalam dunia nyata dan normal, Agus tak layak maju sebagai Cagub. Hanya karena dia anak SBY saja akhirnya bisa maju, cukup menjawab "mau" maka semua partai bisa dikondisikan untuk mendukung. Padahal calon-calon yang lain harus ikut fit and proper test dan sebagainya.

Kalau sudah begini, coba ditanya kenapa Maruf Amin malah mendukung Agus? Kira-kira ada jawaban yang lebih logis dari "ketua MUI antek SBY?" Oke lah Maruf Amin mau pemimpin muslim, memiliki keunggulan dan berpengalaman. Santun dan sebagainya. Oke lah Maruf Amin tidak suka Ahok karena nonmuslim dan tidak santun. Tapi mengapa Maruf Amin tidak mendukung Anies Sandi? Yang justu jauh lebih berpengalaman dan memiliki keunggulan.

Kalau sampai di sini ada yang mual-mual, muntahin saja. Maruf Amin bukan ulama yang bijak, sebab jelas berpihak dan politis.

Bukti lain bahwa Maruf Amin antek SBY adalah terkait kasus investasi bodong yang diberi label syariah oleh MUI.

Setelah Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya menahan dan menetapkan Direktur Golden Trader Indonesia Syariah Aziddin sebagai tersangka, nasabah GTIS kini mendesak kepolisian untuk menetapkan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Maruf Amin dan Ketua MUI KH Amidhan Shaberah sebagai tersangka.

Kuasa hukum nasabah GTIS Sugito Atmo Pawiro dalam surat resminya kepada Kabareskrim Mabes Polri yang salinannya diterima KONTAN menyebutkan, berdasarkan bukti-bukti yang ada, Aziddin hanya sebagai pelaksana operasional harian GTIS.

Di belakangnya ada Maruf Amin dan Amidhan sebagai penentu kebijakan. Karenanya, nasabah GTIS meminta dua petinggi MUI itu juga ikut bertanggungjawab dan ditetapkan status hukumnya sebagai tersangka.

Namun kasus tersebut hilang begitu saja, seperti kotoran dibawa arus sungai Cikeas. Simsalabim langsung aman. Soal hilang menghilangkan, SBY memang cukup lihai. Lihat saja dokumen TPF pembunuhan Munir juga hilang. Hahaha yang ini nanti kita bahas terpisah.

Saat kasus GTIS ini Maruf Amin masih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden SBY bidang Hubungan Antar-agama.

Lalu yang terbaru, kemarin Maruf Amin melalui MUI menyatakan Ahok bersalah dan melecehkan Alquran. Beberapa hari setelah Agus dengan jelas mengatakan bahwa Ahok harus diproses. Fatwa MUI keluar beberapa hari setelah Agus Sylviana mendatangi Maruf Amin. Selengkapnya: http://ift.tt/2dbBxCz

Dari semua kenyataan dan fakta sejarah ini, masihkah ada alasan lebih logis dari Maruf Amin antek SBY?

MUI lebih mirip LSM didikan SBY atau Demokrat. Sangat jelas sikap Maruf Amin tidak adil, minimal kepada Anies dan Sandi. Keberpihakan seperti ini menjadi contoh yang sangat buruk bagi proses demokrasi di Indonesia. Apalagi keberpihakannya sudah menyangkut hal-hal yang sangat sensitif seperti yang dialami Ahok. MUI yang harusnya mengayomi ummat, malah memprovokasi demi nafsu politik.

Sampai di sini mungkin ada yang penasaran kenapa Maruf Amin tak berpihak pada Pilpres 2014 lalu. Jika anda penasaran, Pakar Mantan punya jawabannya. Jelas karena 2014 lalu SBY juga bersikap netral, tidak mendukung salah satunya, Prabowo atau Jokowi. Jadi Maruf Amin juga ikut netral.

Lagipula, Mei 2014 lalu Maruf Amin bari menikah lagi, karena istrinya meninggal pada Oktober 2013. Bulan madu.

Terakhir, lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Jadi kalau MUI dan Demokrat tidak pernah lain, pasti karena ladang dan lubuknya sama.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2ei5lR7

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :