Berita Metropolitan – Sejumlah tokoh lintas agama siang ini melakukan pertemuan untuk menyikapi situasi politik, menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada Februari 2017 mendatang, bertempat di Jalan Kemiri No 24, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2016) siang.
Perwakilan organisasi keagamaan yang hadir diantaranya adalah, Inter Rigion Council (IRC), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Persatuan Hindu Dharna Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Budha Indonesia (WALUBI), Majelis Tinggi Agama Konghuchu (MATAKIN), Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) serta PP Muhammadiyah menyerukan Pemilukada agar damai serta saling menjujung nilai nilai perdamaiman.
"Telah kami sepakati rapat sejak pukul 10.00 WIB tadi pagi, para tokoh sangat menekankan perdamaian dan kerukunan yang sejati yang didasarkan keikhlasan, kekekuargaan," ungkap salah satu tokoh Inter Religion Council (IRC), Dien Syamsudin di Jakarta.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menambahkan, di dalam membangun kerukunan sejati, diperlukan wawasan dan budaya untuk siap hidup berdampingan bukan yang ekslusif yang ingin hidup sendiri. Ia juga menuntut adanya toleransi tenggangrasa dan budaya saling menghargai dan saling menghormati.
Senada di atas, Sekretaris umum Perserikatan Gereja-gereja Indonesia (PGI) juga berpesan kepada seluruh elemen masyarakat, untuk tidak menciderai proses demokrasi dalam memilih pemimpin.
"Kita sedang memilih pemimpin yang baik, siapapun yang terpilih itu pemimpin bersama. Jangan menciderai proses demokrasi ini, dari awal memberikan pesan yang baik," tegasnya.
Ketua umum Matakin, Uung Sedana L. Linggaraja menilai pemilukada yang bukan hanya sekedar memilih pemimpin semata, tetapi memiliki kewajiban untuk melayani rakyat serta memberikan pemahaman yang baik demi persatuan bangsa.
"Proses pemilu ini tetap mengedepankan persatuan kesatuan. Kita menjaga negara ini tetap menjadi indonesia. Pemilukada ini bukan mencari kedudukan atau pemimpin semata, tapi untuk melayani rakyat, mensejahterakan dan memberikan pendidikan yang baik sehingga permusuhan antar agama, ras suku, dapat dihindari yaitu dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan. Indonesia itu keluarga, perbedaan biasa di setiap atasi secara kekeluargaan," ungkapnya.
Hasil dari pertemuan yang dilakukan para Tokoh lintas agama yang dijadikan Peryataan bersama para tokoh berisi ;
1. Menyatakan keprihatinan mendalam atas berkembangnyasuasana kehidupan bangsa yang menampilkan gejala pertentangan dan wacana antagonistik di kalangan masyarakat. Suasana tersebut potensial mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama yang sudah terjalin baik selama ini, dan pada giliran berikutnya dapat menggoyahkan sendi kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Memesankan kepada semua pihak untuk dapat menahan diri dalam perkataan dan perbuatan yang dapat mendorong pertentangan dalam masyarakat majemuk, terutama menyinggung wilayah sensitif menyangkut keyakinan agama,ras, antar-golongan, dan suku.
3. Memesankan kepada Pemerintah untuk segera hadir sesuai tanggung jawab dan kewenangan untuk mengatasi. Gejala pertentangan dalam kehidupan masyarakat, baik melalui pendekatan pencegahan maupun penanggulangan masalah.
4. Menyatakan bahwa segala bentuk tindak kekerasan adalah tidak etis dan bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Maka oleh karena itu, kami memesankan kepada segenap warga masyarakat untuk menghindarkan diri dari segala macam kekerasan, baik kekerasan fisik, kekerasan verbal, maupun kekerasan modal. Seluruh warga bangsa agar mencegah bangsa Indonesia menjadi negara kekerasan dalam berbagai penjelmaannya.
5. Memesankan kepada segenap warga bangsa untuk mendorong proses demokrasi Indonesia berlangsung aman dan lancar secara jujur dan adil, dan senantiasa mengindahkan nilai-nilai moral dan etika keagamaan. Maka dipesankan kepada Pemerintah dan Penyelenggara Pemilu untuk melaksanakan Pemilu sesuai dengan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku secara konsisten dan konsekuen.
6. Mengajak seluruh umat berbagai agama di Tanah Air untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan masing-masing agar Bangsa Indonesia terhindar dan malapetaka perpecahan, dan agar memiliki kekuatan lahir dan bathin dalam menghadapi tantangan dan ancaman baik yang datang dari luar maupun dalam negeri yang menginginkan perpecahan bangsa dan keutuhan.
[ray]